Bagian
keempat – Servomechanism
Jika kita
coba mengamati dengan seksama, maka pada umumnya “perilaku” kita maupun “apa yang
kita sering dapatkan dan temui” biasanya merupakan suatu “pola”
atau membentuk suatu “pola kecenderungan”, dan pola ini jika tidak
di-intervensi atau mengalami “konversi ekstrim”, maka pola ini cenderung
semakin “mapan” dan “semakin kuat”.
Orang
yang sering bangun “kesiangan”, maka akan cenderung untuk selalu bangun
“kesiangan” dan bilamana sudah menjadi pola permanen, bahkan menjadi sangat
“ajaib”, karena perilaku ini benar-benar menemukan “cara”-nya sendiri untuk
membuat “kesiangan” ini terjadi.
Tentu
saja mereka yang hidup “berkelimpahan” juga ternyata telah memelihara “skill”
dan “kecenderungan” ini sejak lama, walaupun dengan “kualitas” dan “kuantitas”
yang mungkin berbeda
Ternyata
jika kita amati dengan seksama, semua hal yang kita peroleh dan alami,
merupakan bentuk dari suatu “kecenderungan” yang semakin hari semakin kuat !
Inilah yang disebut sebagai “Servomechanism” !
Servomechanism
atau “mekanisme servo” dapat dijelaskan dengan analogi “penembakan peluru kendali” ! Peluru kendali
ditembakkan ke sasaran “nun jauh disana” dengan pengaturan koordinat target
yang di-set melalui komputer. Ketika peluru kendali meluncur, maka ia akan
bergerak dengan pola gerakan “lurus”, tetapi setiap beberapa mili-detik ia akan
“dibelokkan” arahnya oleh pemandu yang telah di-set melalui komputer, dan
seterusnya arah ini akan selalu di-“revisi”, dan akhirnya “Blaaaaaar ….!”
sasaran-pun diketemukan !
Jadi ketika “target telah dikunci”, maka akan
berlangsung gerakan yang selalu di-revisi
arahnya secara terus-menerus, sehingga peluru kendali ini “harus mencapai
sasaran” !
***
Dalam bahasa
yang lebih manusiawi adalah ketika seseorang sudah memiliki kecenderungan atau pola untuk “menjadi
sesuatu”, maka dapat dipastikan ia dengan mudah mencapai apa yang dimaksud
dengan “menjadi sesuatu” tersebut !
Dengan kata
lain, semuanya hanyalah soal
kecenderungan !
Cenderung Kaya Raya Berlimpah – limpah
Bagian
kelima – Servomechanism
& Kompetensi
Servomechanism
& Kompetensi
Ringkasan
artikel lalu :
Pada
akhirnya seluruh yang kita peroleh atau kita dapatkan lebih dikarenakan
“kecenderungan-kecenderungan” yang telah melekat dan telah menjadi “pola
permanen”, atau disebut dengan “Servomechanism”.
Sehingga
fokus kita kini relatif lebih menyempit, yaitu bagaimana “menciptakan”
Servomechanism yang “memberdayakan”, dalam arti dapat menciptakan
gerakan-gerakan yang membawa kita ke berbagai obsesi dan tujuan dalam kehidupan
kita.
***
Membentuk
Servomechanism
Servomechanism
bukanlah sekedar “buah” dari “keinginan”, jadi tidak penting lagi apa keinginan
kita, karena “gerakan sesungguhnya” telah dibentuk oleh Servomechanism ini.
Servomechanism
adalah representasi dari vektor atau semacam resultan dari vektor-vektor
kesadaran kita, yaitu : Conscious Mind, UnConscious Mind, dan Super-Conscious
Mind. Keinginan hanyalah salah satu dari
kesadaran kita yaitu Conscious Mind, akan tetapi kekuatan sesungguhnya terletak di UnConscious Mind dan
Super-Conscious Mind.
Dalam kalimat
yang lebih mudah, Servomechanism sebenarnya merupakan representasi dari
“sesuatu” yang telah menjadi “milik” kita, yaitu “Belief
System” dan “Self Image”. Baik “Belief System” maupun “Self
Image” keduanya merupakan istilah yang menggambarkan “sistem keyakinan” kita. Akan tetapi “Self Image” atau “Citra Diri”
lebih menggambarkan “penilaian atau gambaran kita terhadap diri kita sendiri”
dan bukannya “diri kita sebenarnya”, identik dengan “The Map is
not The Territory” dan “Everyone Lives in Their Own Unique Model of The World”
!
***
Dari
penjelasan di atas, maka satu-satunya cara untuk memperoleh “Servomechanism
Sukses” adalah dengan membentuk terlebih dahulu “Belief System & Self Image Sukses” ! Atau dengan kata lain
“sukses” merupakan sesuatu yang telah menjadi “kompetensi” dalam diri kita !
Jadi
secara sederhana urutannya mencapai target tujuan adalah:
1. “Self Image & Belief System” menghasilkan “Kompetensi”
2. “Kompetensi” menghasilkan “Servomechanism”
3. “Servomechanism” menghasilkan “Target Tujuan BerHasil”.
***
kompetensi
“tahapan pembelajaran” manusia yang dibagi
atas 4 tahapan kompetensi, dimana dalam definisi baku-nya adalah :
Tahap
1 : Tidak sadar bahwa
tidak mampu
Tahap 2 : Sadar bahwa tidak mampu
Tahap 3 : Sadar bahwa mampu
Tahap 4 : Tidak sadar bahwa mampu
Tahap 2 : Sadar bahwa tidak mampu
Tahap 3 : Sadar bahwa mampu
Tahap 4 : Tidak sadar bahwa mampu
Nah
kompetensi yang dimaksudkan di pembahasan di atas adalah kompetensi yang telah
mencapai Tahap 4, karena
kompetensi
pada tahap Tidak sadar bahwa mampu yang membentuk “Servomechanism” yang dimaksud !
***
Jadi
….. gaya hidup “LoA” adalah soal mengembangkan diri untuk menjadi “kompeten
pada tahap tertinggi”, misal “kompetensi untuk menarik keberlimpahan” !
Jadi
…… gaya hidup “LoA” adalah soal melenyapkan “kompetensi-kompetensi tahap
tertinggi yang bersifat tidak memberdayakan” yang telah menjadi “Belief System
& Self Image” kita semua !
Jadi
…… gaya hidup “LoA” adalah “hal yang wajar-wajar” saja, dimana untuk ini NLP,
Hypnosis, Psychocybernetic, dll. dapat berperan dengan sangat besar untuk
“merubah” isi dari “Belief System & Self Image” agar membentuk “kompetensi
tertinggi yang bersifat positif” !
Dan, percayalah …. Inilah “kejaiban” sesungguhnya dari “LoA” ! Kompetensi akan “menarik” apapun juga ! Dan saat inilah “The Law of Attraction” akan
benar-benar bekerja secara nyata !
***
Bagian
keenam – 3 Pilar Dasar
Ringkasan
artikel yang lalu :
Pada
akhirnya, “kompetensi” merupakan dasar dari implementasi “LoA”. “apapun,
semuanya merupakan hasil dari upaya kita” ! dengan spirit menuju kompetensi, maka pasti akan “lebih sering” kita mencapai
tujuan target, berdasarkan kompetensi !
***
Ketika konsep
“LoA” sudah dapat kita terima, maka kini kita mulai dapat memasuki “perjalanan
panjang yang indah”, yaitu menumbuhkan kompetensi di berbagai hal dalam diri
kita, mulai dari “habitual” “mindset” atau apapun yang diperlukan, agar “LoA”
dapat “bekerja” untuk kita ! (Baca : sesuai dengan keinginan kita).
***
Menurut
pemahaman dan pengalaman saya, beserta pengalaman dari berbagai pihak yang
merasa terbantu dengan prinsip “LoA” (catatan : Saya banyak menangani Client
yang khusus ingin di-treatment untuk memasuki gaya hidup “LoA”), akhirnya saya
mencoba memberanikan diri untuk menyusun pilar dasar yang diperlukan untuk
me-“LoA”, dan saya berharap hal ini dapat memperkaya para pembaca, yang
saya yakin sudah sangat banyak yang “canggih” dalam menerapkan “LoA”.
Pilar dasar LoA ada 3 pilar, yaitu :
(1).
New Paradigm
(2).
Basic Technique
(3).
Mindset & Lifesyle.
***
3
Pilar Dasar :
1.
New Paradigm
Pahami dengan
baik “paradigma baru” “LoA” yang memandang alam semesta dengan cara yang
sedikit berbeda ini.
2.Basic
Technique
Untuk
mencapai kompetensi “LoA”, akan “amat sangat banyak” proses programming maupun
de-programming yang ditujukan untuk merubah “Belief System” dan “Self Image”
kita, juga untuk programming berbagai keinginan-keinginan kita (materialisasi),
serta untuk memasukkan berbagai mindset baru yang diperlukan. Untuk hal ini
silakan pergunakan berbagai teknik pemberdayaan diri yang paling sesuai dan
efektif untuk kita, mulai NLP, Hypnosis, Psychocybernetic, atau apapun juga !
Label tidak lagi penting, yang lebih diperlukan adalah efektivitasnya !
3.Mindset
& Lifestyle
“LoA”
merupakan paradigma dasar yang dapat dianalogikan seperti halnya “Undang-Undang
Dasar”. Untuk membuatnya dapat bekerja dalam tataran kehidupan riel, maka akan
sangat banyak “peratuan-peraturan” yang harus dibuat berdasarkan “pokok-pokok
pikiran” yang berasal dari “Undang-Undang Dasar” tersebut, dengan prinsip bahwa
“peraturan-peraturan” harus mendukung dan tidak boleh bertentangan dengan
induknya !
Untuk
mempercepat kompetensi agar “LoA” dapat bekerja sesuai dengan keinginan kita,
maka mungkin akan sangat banyak Mindset yang harus diubah, dan juga amat sangat
banyak “gaya hidup” atau “Lifestyle” yang harus diubah pula !
***
Baiklah kita
mulai memasuki detail untuk “memasuki kompetensi” ! Saya tidak akan membahas
pilar pertama, karena ini sudah kita sepakati bersama di artikel-artikel awal.
Saya akan memulainya dengan Pilar yang kedua, yaitu : Basic Technique.
Basic
Technique
Disebut
sebagai teknik yang sangat mendasar, karena dengan teknik inilah kita akan
melakukan “programming” atau “de-programming” terhadap diri kita. Silakan pilih
berbagai teknik yang paling sesuai bagi kita, dan saya yakin disini banyak para
pakar yang akan berbaik hati untuk membagikan tips dalam melakukan
“programming” dan “de-programming” melalui teknik NLP.
Yang lebih
terpenting lagi adalah kita benar-benar memahami dan meyakini apa hal-hal
mendasar yang perlu kita “programming” atau kita “de-programming”
terlebih dahulu !
Sebagai
contoh :
Apakah
mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “memiliki mobil Honda Jazz berwarna
silver pada akhir tahun 2008.” ????
Jika
ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya selalu
gagal dalam mencapai cita-cita saya !”
Apakah
mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “menjadi motivator terkenal Indonesia
di akhir tahun 2009”. ???
Jika
ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya tidak
pernah mampu berkomunikasi dengan baik di depan publik !”
Apakah
mungkin kita dapat mewujudkan keinginan : “memiliki bisnis sendiri yang dapat
menghasilkan nett-income Rp. 5 Juta per-bulan sejak Maret 2009”. ???
Jika
ternyata “Self-Image” kita masih berisikan program lama, yaitu : “Saya tidak
mungkin dapat berbisnis karena keluarga saya dari 3 generasi semuanya adalah
pegawai !”
***
Dari
ilustrasi di atas, semoga dapat diperoleh gambaran bahwa seringkali suatu
“penciptaan” tidak berhasil hanya dikarenakan tidak memiliki “pijakan” yang
cukup stabil !
Loh …. Kalau
perlu “pijakan” untuk apa ribut-ribut dengan konsep “LoA” dong ? “LoA” kan
di-disain untuk menghasilkan “kejaiban” tanpa sebab ??
Ya, disinilah
salah satu catatan perbedaan “LoA” dalam versi saya ! Saya tidak pernah percaya
adanya “keajaiban” di alam semesta ini ! Saya lebih mempercayai bahwa semuanya
benar-benar akan tunduk dengan “hukum alam semesta”, termasuk hal yang kita
anggap “ajaib” sekalipun ! Menurut saya, keajaiban sesungguhnya dari prinsip
“LoA” adalah bahwa kita akan mengalami “percepatan” yang luar biasa ketika kita
benar-benar menghayati hukum ini ! Ingat “percepatan” adalah sangat berbeda
dengan “pengecualian” atau “pelanggaran” ! Percepatan lebih bermakna “lebih
cepat memasuki kompetensi untuk selaras dengan hukum alam semesta” !
Memang sih,
dalam menerapkan prinsip “LoA” sebagai “gaya hidup” sejak tahun 2003, saya juga cukup sering mengalami
kejadian-kejadian “ajaib”, tetapi akhirnya saya pikir lebih positif jika dijadikan saja sebagai “katalis”
untuk lebih memasuki penghayatan “LoA”, karena dengan istilah “ajaib”, berarti
tetap masih berada “diluar kompetensi saya” alias tidak dijamin bisa diulangi
secara tepat ! Seharusnya kita justru dapat me-model hal-hal semacam ini untuk
menambah “percepatan” !
Mas Ronny FR
pernah menjelaskan kepada saya soal “modelling” (sambil ngobrol soal “onta”
dengan Kang Asep), bahwa ada 3 hal kunci dalam modelling, yang singkatnya
kira-kira dalam “LoA” ini kita harus menduplikasi “state” saat “melontarkan”
materilisasi, belief yang ada, strategi yang diterapkan, sampai ke
fisiologi-nya, nah ini semua yang akan mengantarkan kita ke “kompetensi”, alias
mampu mengulang-ulang “keajaiban” ! (Bener nggak ya ? Soalnya kuliah-nya Mas
Ronny di jam 18.00 tapi satuan waktu Eropa .. he he ..)
***
Dari uraian
di atas, maka salah satu obyek penting yang harus dilakukan “Programming” dan “De-Programming”
adalah “Self Image”, sebelum kita
mem-program berbagai keinginan atau cita-cita besar kita !
SELF
IMAGE
Self Image
atau “Citra Diri” sama sekali bukanlah realita diri kita sendiri, melainkan
hanyalah “cara kita memandang dan menilai diri kita sendiri” ! “A Map is Not
The Terittory” !
Self Image
acapkali bersifat sangat halus, dan tidak tampak, alias bekerja di tingkat
UnConscious. Terkadang kita perlu memasuki “keheningan” terlebih dahulu agar
kita dapat “menemukan” Self-Image ini ! Diperlukan “kejujuran” dan lepasnya
sang “Ego” untuk “melihat” Self-Image kita sendiri secara benar !
Self Image
mirip dengan “selubung” atau “filter pemikiran” yang membungkus diri kita,
dimana setiap pemikiran yang “tidak sesuai” dengan “Self Image” ini akan segera
“dimatikan”, sedangkan pemikiran yang “sesuai” dengan “Self Image” ini akan
“hidup” dan semakin diperkuat !
Contoh :
Ketika
kita memiliki “Self Image” : “Saya orang yang tidak menarik !”
Saat
kita mencoba berpikir : “Saya di pesta nanti pasti banyak menemukan teman baru
!”, maka “Self Image” akan segera “membunuh” pikiran ini, dengan self-talk
misalnya : “Ah kamu hanya bermimpi …. orang-orang hanya ingin berkenalan dengan
orang yang menarik …. bukan orang seperti kamu yang tidak menarik sama sekali
!”.
Tetapi
saat kita mencoba berpikir : “Saya di pesta nanti …. pasti seperti biasa ..
akan diacuhkan orang ….”, maka “Self Image” akan segera “memperkuat” pikiran
ini, dengan self-talk misalnya : “ya .. kamu harus berusaha menahan emosi dan
bersabar ….. inilah resiko bagi pribadi yang tidak menarik seperti kamu !”.
Berikut ini
beberapa “program” yang kiranya cukup baik dan bersifat umum yang dapat kita
masukkan sebagai “infrastruktur LoA” di “Self-Image” kita, sebelum kita
menanamkan program-program besar lainnya :
“Tuhan memberikan saya
kesempurnaan.”
“Tuhan selalu menuntun saya untuk menemukan kesempurnaan hukum semesta”
“Saya selalu dikaruniai Tuhan YME kemakmuran yang melimpah-ruah”.
“Saya selalu bersyukur terhadap kehidupan”
“Saya berhak untuk meraih kesuksesan”
“Seluruh pikiran, ucapan, dan tindakan saya, selalu membawa saya kepada keberlimpahan”
“Seluruh kebutuhan dan keinginan saya selalu terpenuhi dengan cara yang sangat mudah”
“Saya adalah pribadi yang menarik”
“Saya adalah magnet keberlimpahan”
“Saya adalah pribadi yang cerdas, tangguh, dan bijaksana”
“Tuhan selalu menuntun saya untuk menemukan kesempurnaan hukum semesta”
“Saya selalu dikaruniai Tuhan YME kemakmuran yang melimpah-ruah”.
“Saya selalu bersyukur terhadap kehidupan”
“Saya berhak untuk meraih kesuksesan”
“Seluruh pikiran, ucapan, dan tindakan saya, selalu membawa saya kepada keberlimpahan”
“Seluruh kebutuhan dan keinginan saya selalu terpenuhi dengan cara yang sangat mudah”
“Saya adalah pribadi yang menarik”
“Saya adalah magnet keberlimpahan”
“Saya adalah pribadi yang cerdas, tangguh, dan bijaksana”
Walaupun
contoh-contoh di atas tidak besifat spesifik, akan tetapi jika kita cukup jeli,
maka kita tetap dapat menyelaraskannya dengan prinsip : “Well-Formed
Outcome” dari NLP, yaitu dengan membuat “target
waktu” kapan kiranya program-program ini dapat menjadi “Self-Image” kita
atau telah mencapai “kompetensi” dalam pola-pikir bathin kita ? Untuk urusan
ini anda boleh “menodong” mas Ronny FR atau mbak Issa Kumalasari
untuk meng-convert-nya menjadi “Outcome” sehingga berbagai presupposition ala
“LoA” ini dapat ter-install secara permanen dalam diri kita, sehingga dapat
menjadi infrastruktur bagi program-program berikutnya !
***
Ringkasan
Artikel keenam :
Konsep
untuk memasuki gaya hidup “LoA” adalah holistik atau menyeluruh. Secara
sederhana terdapat 3 pilar penting, yaitu : (1). New Paradigm (2). Basic
Technique (3) Mindset & Lifestyle. Gaya hidup “LoA” adalah “mempercepat
diri untuk memasuki pemahaman hukum kesemestaan”, bukan sekedar gaya hidup
“kaget-kagetan” karena memperoleh sesuatu yang “ajaib”. Keajaiban harus dijadikan
sebagai “katalisator” untuk mempercepat kompetensi.
Self-Image
merupakan salah satu obyek penting yang harus ditangani melalui berbagai teknik
dasar (Basic Technique) yang sesuai untuk kita dalam rangka melakukan
“Programming” maupun “De-Programming”.
***