Ringkasan Artikel Sebelumnya :
C.R.A.F.T.
merupakan suatu teknik sederhana untuk mencapai kompetensi. Tetapi seperti
halnya berbagai teknik Self-Programming lainnya, maka teknik-teknik yang ada
tidak akan bekerja secara efektif jika kita tidak memahami dengan benar
aspek-aspek dan filosofi dari apa yang akan kita “program”-kan. Oleh karena itu
dalam menerapkan CRAFT untuk LoA, maka kita perlu mengkaji beberapa hal yang
saya kelompokkan sebagai Pilar Ke-3, yaitu : Mindset & Lifestyle.
Salah
satu Mindset & Lifestyle yang sangat penting dan dapat dikatakan merupakan
dasar dari segalanya adalah “Awareness” yang mungkin dalam istilah bahasa Jawa
sering juga disebut sebagai “Eling”. Secara sederhana “Awareness” adalah
kesadaran untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, serta kesadaran untuk
mengalami atau tidak mengalami sesuatu.
***
Mindset
& Lifestyle : Living at Present
Secara umum
kita memahami bahwa terdapat 3 wilayah waktu, yaitu : masa lalu, masa kini, dan
,masa datang. Deepak Choppra, salah satu guru spiritual moderen yang banyak
memberikan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran saya, menggambarkannya dengan
kata-kata yang sangat romantis : The Past is History, The Future is Mistery ….!
“The Past is
History” mungkin agak mudah kita pahami, yaitu bahwa masa silam adalah sekedar
sebuah sejarah …. tidak akan pernah kembali … tidak akan pernah terulang …! Dan
uniknya, walaupun kita telah memahaminya dengan baik, tetapi sangat sulit
umumnya bagi kita untuk mengimplementasikannya, apalagi untuk menjadikannya sebagai
“presupposition” yang harus kita “install”-kan ke diri kita dengan berbagai
konsekwensi yang menyertainya ….!
“The Future
is Mistery”, suatu kalimat yang mudah untuk diterjemahkan, akan tetapi sangat
sulit dipahami filosofinya, apalagi untuk diimplementasikan. Nah, pemahaman
terhadap pengertian bahwa “masa datang adalah misteri”, justru merupakan salah
satu kunci dari LoA.
Dari
pernyataan sekaligus fakta bahwa “The Past is History” dan “The Future is
Mistery”, maka karunia sesungguhnya atau
karunia yang benar-benar riel adalah “saat ini dan disini” ! Kehidupan yang
sesungguhnya bukan di kemarin atau di besok, tetapi benar-benar ada di “saat
ini dan disini” ! Kemampuan kita untuk menghayati hal ini merupakan kunci penting lainnya dari LoA.
***
Kemampuan merasakan “saat ini dan disini” atau “Living at Present”
merupakan kemampuan yang akan membimbing kita untuk menghayati rasa syukur dari
apa-apa yang telah kita “miliki”, dan juga
merupakan kemampuan yang akan memandu kita untuk membaca tanda-tanda alam semesta
terkait dengan berbagai empowerment yang telah kita “lontar”-kan ke alam
semesta ! Living at Present akan membuat kita menjadi “waskita” untuk
menyaksikan rentetan kejadian yang selalu berada dalam skenario penciptaan kita
(sadar atau tidak sadar) !
***
Mari kita
sekedar melakukan evaluasi ……. seberapa sering kita berada di “saat ini di
sini” ? Atau sebaliknya, seberapa sering kita justru berada di “masa lalu” atau
justru di “masa datang” !
Sebagai
ilustrasi, misalkan saya bersantai di sebuah kedai kopi, untuk sekedar
menikmati “Double Expresso” ……! Lalu kemungkinan saya akan menikmati kopi
tersebut sambil :
Pertama :
Memikirkan masa depan saya yang tidak jelas, memikirkan bahwa saya belum
memiliki simpanan yang cukup untuk bekal menyekolahkan anak saya di perguruan
tinggi terbaik pada 6 tahun mendatang ! Atau mungkin dengan sedikit
kreativitas, maka saya dengan mudah membayangkan bahwa 15 tahun lagi saya
mungkin sudah tidak dapat lagi bekerja, dan tentu saja saya tidak memiliki
pensiun, karena bahkan pekerjaan saya hari inipun jauh dari jelas ?
Kedua :
Saya membayangkan, jika saja pada tahun 1996 atau tahun 2002 saya tidak
melakukan kebodohan dalam bisnis, tentu kehidupan saya sudah sangat mendekati
mimpi-mimpi di masa muda saya ? Atau lebih jauh lagi, saya berandai-andai jika
dulu saya tidak berhenti bekerja dari perusahaan “X”, maka mungkin hari ini
saya sudah menjadi CEO dengan berbagai fasilitas dan gaya hidup papan atas ?
He … he …
yang manapun yang saya pilih …. sudah pasti “Double Expresso” yang seharusnya
nikmat itu menjadi terkontaminasi dengan emosi negatif saya ……!
Kenapa saya
tidak dapat menikmati “Double Expresso” tersebut dengan kesadaran “saat ini dan
disini”, serta kesadaran bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk bernafas,
diberikan sedikit uang untuk membeli “Double Expresso” tersebut ? Atau jika
lebih kreatif lagi saya mungkin dapat menikmati bahwa saat ini saya adalah
orang yang “bebas & merdeka” ala pak Marhaen ! Saya masih diberikan
kesehatan yang sangat baik ? Saya memiliki keluarga yang lengkap, sepasang anak
yang normal dan pintar ? Dan masih ribuan karunia luar biasa lainnya ??!
Kenapa saya
justru memikirkan “masa datang” yang tidak pernah ada ?! Ya benar-benar tidak
pernah ada ! Dia benar-benar hanya merupakan karya dari pikiran saya saat ini !
Bahkan faktanya saya tidak akan pernah benar-benar “mengetahui” apakah besok
saya masih hidup ? Apakah lusa saya masih dapat bernafas ? Se-ekstrim apapun
bayangan masa depan …. benar-benar hanyalah karya dari mahluk yang dinamakan
“pikiran” ! Masa depan tidak pernah benar-benar ada, sampai dengan kita berada
di sana !
Atau saya
justru memikirkan “masa silam” yang benar-benar tidak akan pernah kembali
bagaimanapun kita mengupayakannya ?
Ringkasan Artikel Sebelumnya :
Living
at The Present atau kemampuan untuk merasakan dan memahami bahwa kehidupan riel
sesungguhnya ada di saat ini dan disini merupakan salah satu dari “Life Style
& Mindset” yang diperlukan dalam “LoA”.
Living
at The Present merupakan salah satu gerbang untuk memasuki rasa syukur, dimana
kemampuan untuk selalu bersyukur pada setiap saat akan “menarik” rasa syukur
yang lebih besar, dan rasa syukur yang lebih besar seringkali dikarenakan oleh
karunia yang lebih besar pula.
***
“Living at
The Present” atau sikap hidup “kekinian” merupakan sikap hidup yang susah-susah
gampang untuk dipahami, apalagi untuk diimplementasikan. Pemahaman yang salah
mengenai “kekinian” tidak mustahil akan membuat kita terjebak ke dalam pola
hidup “pasrah” atau bahkan “apatis”. Toh masa depan belum benar-benar ada !
Bukankah “The Future is Mistery” ? Dan … bukankan keajaiban dapat membalikkan
kehidupan kita ?
Salah satu
jebakan pengetahuan adalah ketika sesuatu yang tadinya “holistik” tiba-tiba
berubah menjadi “sebagian” ! Dimana hal ini merupakan suatu realita yang
sangat-sangat NLP, yaitu ketika suatu “territory” dirubah menjadi suatu “map”,
dan “map” tersebut kali ini kebetulan saja bernama “pengetahuan” !
Konsep
“Living at The Present” sangat berbahaya jika dipahami secara “sebagian” dan
“berdiri sendiri”. Karena konsep ini akan diimplementasikan ke dalam hidup yang
sangat “holistik” ! Holistik artinya menyeluruh sekaligus super-kompleks !
Saya sangat
percaya bahwa tidak saja konsep “Living at The Present” yang harus dipahami
sebagai suatu komponen dalam suatu bangunan “holistik”, akan tetapi demikian
juga dengan berbagai pengetahuan-pengetahuan lainnya. Termasuk misalnya
pengetahuan NLP, Hypnosis, Neuro Association Conditioning, dll. !
Pengetahuan-pengetahuan ini benar-benar hanya berbicara secara “subyektif” di
domainnya masing-masing. Dan ini merupakan salah satu ciri dan resiko dari
mahluk yang bernama “pengetahuan” !
Sebaliknya
jika kita cukup bijak, maka setiap pengetahuan, setiap pengalaman, setiap
penalaran, justru akan menjadi pilar-pilar yang akan memperkuat daya dan
pemahaman kita terhadap kehidupan !
***
Dari sudut
pandang lain, sering dikatakan bahwa kehidupan adalah suatu “streaming”, yaitu
kontinuitas antara Past, Present, dan Future.
Tetapi dari
dari salah satu “Map” lainnya yang benama “Meditasi” dikatakan bahwa pada
kondisi “Samadhi” bahkan tidak ada lagi yang dinamakan dengan “Past”,
“Present”, atau “Future”, karena dimensi waktu tidak lagi “dikenal” di wilayah
ini. Fenomena “Déjà Vu” merupakan salah satu fenomena yang sangat akrab di
hampir semua kita, yaitu ketika secara “tidak sengaja” kita melintas ke “The
Future” !
Nah malahan
bertambah bingung kan ? Kok “LoA” tetapi malahan melintas kemana-mana ?
Ya, memang
saya ingin membuat kita semua bingung, karena dengan bingung mungkin kita akan
lebih mudah memasuki pemahaman bahwa “LoA”, “Living at The Present” dan masih
banyak lainnya yang akan menyusul, merupakan konsep-konsep yang membutuhkan
perenungan sangat dalam untuk mengenali ke-“holistik”-kannya ! Ingat tujuan
akhir kita adalah menjadi “berdaya” dan bukannya “frustasi” oleh berbagai teori
dan pengetahuan (baca “Map”) !
***
Secara
praktis, jika kehidupan adalah kontinuitas antara “Present”, “Past”, dan
“Future”, maka “Present” pasti dibentuk oleh “Past” dan “Future” dibentuk oleh
“Present” !
Sebagai suatu
“hasil” maka kita tidak dapat berbuat apapun juga pada detik ini (Present) ,
selain menerima segala sesuatu yang merupakan buah dari kegiatan dan pemikiran
kita di masa lalu (Past).
Tetapi,
sebagai suatu kesempatan untuk ” bereaksi” maka detik ini (Present) kita selalu
dapat memilih untuk berpikir atau bertindak dalam 1001 macam cara ! Dan yang
menarik, ternyata bahwa dari pilihan berpikir dan bertindak kita inilah yang
akan membentuk “streaming” antara “Present” dan “Future” ! Atau dengan kata
lain, “reaksi” setiap detik dalam hidup kita inilah yang akan membentuk
“berbagai penerimaan” kita di masa datang ! Hal yang mungkin sangat penting
untuk digaris-bawahi …. bahwa “reaksi” ini benar-benar merupakan suatu pilihan,
terlepas kita menyadari atau tidak menyadari ! Bahkan ketika kita tidak
memilih, maka sesungguhnya kita telah melakukan “pemilihan” yaitu
menyerahkannya kepada “reaksi” natural kita sebagai mahluk habitual !
***
Nah, mungkin
sudah menjadi lebih sederhana, karena fokusnya adalah seberapa cerdas “reaksi”
kita dalam merespons setiap “stimulus” yang terjadi dalam detik-per-detik
kehidupan kita ?
Gaya hidup
“LoA” salah satunya bertujuan untuk memicu kecerdasan “reaksi” ini, sehingga
kita dapat membentuk “streaming” yang akan menghantarkan kita ke berbagai
impian-impian besar di masa datang !
Deepak
Choppra mengatakan : “Tidak penting lagi dengan Karma yang kita dapatkan pada
hari ini, karena ia merupakan buah dari hal-hal yang kita tanam di masa lalu,
tetapi yang lebih penting adalah seberapa cerdas kita menyikapi Karma ini dalam
bentuk perbuatan yang akan membuahkan Karma berikutnya di masa datang !”
Catatan : Deepak Choppra menterjemahkan Karma sebagai bagian dari hukum sebab
akibat yang berlaku di alam semesta ini.
***
Nah akhirnya
prinsip “Living at The Present” adalah suatu metodologi agar kita dapat
melahirkan “reaksi-reaksi” yang cerdas dan uptodate !
Sebagai suatu
analogi ! Pemain catur adalah contoh terbaik dari mereka yang benar-benar
menghayati “kekinian” alias prinsip “Living at The Present” !
Ketika kita
melangkahkan bidak catur, maka biasanya kita akan menyusun strategi untuk 3-4
langkah berikutnya, tentu saja dengan catatan “seandainya” lawan melangkah
sesuai dengan perkiraan kita !
Nah, ketika
lawan benar-benar melangkah sesuai dengan perkiraan kita, maka langkah yang
telah kita rencanakan benar-benar relevan untuk dijalankan !
Tetapi apa
yang terjadi jika lawan ternyata melangkah ke sisi yang berbeda dengan pikiran
kita ? Ya, tentu saja kita harus merevisi segalanya, berpikir ulang, dan
melangkah sesuai dengan kondisi terakhir (uptodate), dan tentu saja setelah
membalas langkah, kita boleh kembali menyusun rencana 3-4 langkah berikutnya !
Luar biasa !
Ini adalah gabungan dari planning setiap saat, evaluasi setiap saat, dan
re-planning setiap saat ! Benar-benar suatu kekinian yang benar-benar uptodate
!
Artinya,
“Living at The Present” bukanlah hidup tanpa planning, tetapi justru hidup
dengan planning yang selalu uptodate !
***
Suatu kisah
nyata ….
Suatu hari
dalam kehidupan saya, saya berkeinginan untuk menjadi berkelimpahan secara
materi (suatu keinginan wajar bagi kebanyakan orang), dan sebagai seseorang
yang rasional dan berpengetahuan, saya transformasikan dengan suatu rencana
untuk membuat suatu bisnis di bidang “X” ! Kenapa ? Karena saya “merasa”
kompeten di bidang ini, dan saya juga masih aktif sebagai seorang eksekutif di
perusahaan nasional yang bergerak di bidang yang sama !
Dalam
perjalanannya, ternyata pengalaman saya sebagai seorang eksekutif tidak banyak
membantu ketika saya memasuki wilayah enterpreneur ! Begitu banyak kesulitan
yang saya temui, bahkan sedemikian nyatanya kesulitan itu ! Tetapi apakah saya
terhenti ? Tidak ! Saya justru tertantang, karena saya “merasa” memiliki
pengalaman di bisnis ini ! Di sisi lain, sebenarnya banyak peluang-peluang di
bisnis lain yang “dibukakan” bagi saya, tetapi anehnya saya tetap bersikukuh
untuk “tidak mau kalah” dengan bisnis “X” ini !
Akhirnya saya
terhenti ! Benar-benar terhenti, dan saya justru kehilangan banyak hal ketika
saya terhenti !
Nah, yang
menarik …… faktanya saya “bertempur” bukan dengan bisnis itu sendiri, akan
tetapi justru dengan “ego” saya yang merasa “berpengalaman” dan “mampu” ! Dan
lebih menarik lagi, saya benar-benar tidak dapat membaca tanda-tanda alam
semesta yang telah membukan “pintu keberlimpahan” yang sesungguhnya ..!
Benar-benar tidak terlihat, karena saya asyik “bertempur” dengan “ego” saya
sendiri !
***
Tentu saja
kisah di atas tidak dimaksudkan untuk memperlemah siapapun juga yang tengah
“berjuang” dalam menggapai impian !
“Living at
The Present” justru akan membuat kita mampu “bereaksi” dengan sangat bijak …..
kapan kita harus terus berjuang …. kapan kita harus berhenti ….. bahkan kita
dapat memasuki kesadaran yang lebih dini manakala perjuangan kita mulai
bergeser ke arah yang benar-benar salah !!
***
“Living at
The Present” akan membuat kita lebih “peka” untuk merasakan tanda-tanda alam
semesta yang tengah mewujudkan impian-impian yang telah kita lontarkan !
Bahkan salah
satu agama besar …. diturunkan dengan diawali oleh suatu kata yang indah ….
yaitu ….. “Bacalah ……….!” yang lebih bijak jika kita maknai secara lebih luas
sebagai suatu ajakan untuk selalu “membaca” tanda-tanda dari alam semesta !
Ringkasan Artikel Sebelumnya :
Prinsip
“Living at The Present” dimaksudkan untuk melahirkan reaksi-reaksi cerdas yang
dapat membimbing kita untuk “menemukan” atau “merasakan” sinyal-sinyal dari
alam semesta yang akan “menarik” kita menuju hal-hal yang kita ingin capai.
Prinsip
“Living at The Present” yang dipahami secara benar tidak akan menjerumuskan
kita ke sikap hidup “pasrah” dan “apatis”, sebaliknya “Living at The Present”
akan membimbing kita untuk selalu merevisi setiap planning kita agar selalu
uptodate.
***
Untuk
melengkapi prinsip “Awareness” dan “Living at The Present” maka berikut ini
saya akan menyoroti salah satu aspek yang berkaitan dengan aktivitas bathin dan
fisik yang nyaris selalu bersama dengan kita di sepanjang hidup kita !
Mindset
& Lifestyle : “Stimulus vs Response”
Apakah
“Stimulus” ? Stimulus adalah rangsangan dari dunia luar, dalam hal ini adalah
“segala sesuatu” yang kita terima dari dunia luar … ya apapun yang kita terima
dari dunia luar … menyenangkan atau tidak menyenangkan …. menggembirakan atau
menyedihkan …. ya .. semuanya !
Apakah
“Response” ? Response adalah reaksi yang kita munculkan setelah menerima
stimulus yang kita terima ! Response ini dapat saja berupa reaksi secara sadar,
serta reaksi spontan alias reaksi tanpa disadari ….! Response ini dapat berupa
aktivitas fisik … aktivitas bathin … atau gabungan keduanya !
Lalu kenapa
kita harus repot-repot untuk mempermasalahkan keberadaan “Stimulus vs Response”
ini ? Toh mereka sudah menjadi bagian alamiah kita ?
Ya harus !
Karena untuk membaca “keajaiban semesta” yang merupakan konsep utama yang
ditawarkan “LoA”, kita benar-benar harus belajar “membaca” ! Dan penyikapan
yang benar atas fenomena Stimulus vs Response ini akan mempermudah kita dalam
“membaca keajaiban alam semesta” !
Mas Ronny FR
pernah mengatakan kepada saya … bahwa “LoA” ini sudah bekerja … atau dari
“sono”-nya sudah merupakan bagian dari gejala alam ! Kita hanya perlu “membuka
diri” saja …. dan kita akan dapat “menikmati” keajaibannya !
Nah ini
pernyataan yang sangat menarik …. jika kita anggap bahwa istilah “membuka diri”
adalah suatu konsep yang baik dan memberdayakan … maka berikutnya kita harus
men-transformasikan konsep ini agar dapat di-implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari !
Jadi ….
pembahasan mengenai “Stimulus vs Response” merupakan bentuk transformasi dari
konsep “membuka diri” agar dapat “membaca” dan “menerima” keajaiban alam
semesta !
Bahkan
seorang Stepphen
Covey perlu meletakkan penyikapan terhadap “Stimulus vs
Response” ini di bagian-bagian awal dari bukunya yang sangat
terkenal : “7
Habit” !
***
Kenapa
Response atau reaksi kita pada umumnya seperti itu ? Apakah kita tidak memiliki
pilihan untuk bereaksi yang berbeda ?
Nah sampai
disini … kita harus membahas terlebih dahulu pandangan kita sebagai manusia
terhadap mahluk yang bernama manusia !
Apakah kita
memandang manusia sebagai mahluk yang bereaksi atas dasar pattern utama yang
telah terekam sebelumnya ? Terlepas dari pattern tersebut berasal dari
kejadian, pengetahuan, pemahaman yang benar atau salah ?
… bahwa
banyak reaksi dalam kehidupan sehari-hari (nyaris semuanya) …. sebenarnya hanya
merupakan “sub-routine call” yang terdapat dalam harddisk kita masing-masing !
Lha jika
hampir semua reaksi merupakan “sub-routine” ……, maka dari manakah keajaiban
semesta berkesempatan memasuki diri kita ? Maksudnya bagaimana keajaiban
semesta dapat kita sadari keberadaannya ?
***
Diantara
“Stimulus” dan “Response” sesungguhnya ada “jeda” ! Dan “jeda” inilah yang
konon merupakan salah satu pembeda antara manusia sebagai mahluk dengan
kesempurnaan tertinggi … dengan mahluk lainnya !
Seni “memainkan jeda” inilah yang merupakan salah satu rahasia
utama dari “LoA” ! Kemampuan kita untuk mengelola
“jeda” akan melahirkan reaksi-reaksi yang dapat merubah kehidupan kita secara
ekstrim …. baik menjadi hal baik … atau sebaliknya menjadi hal yang jelek …..!
***
Diantara
“Stimulus” dan “Response” terdapat “jeda” ! Dan … di dalam “jeda” terdapat
berbagai pilihan bebas ….. bahkan pilihan baru yang benar-benar berada di luar
“kekayaan pengalaman empiris” dan “kekayaan penalaran induktif” kita !
Lalu
bagaimana agar kita dapat mengelola
“jeda” dengan baik ? Sehingga melahirkan reaksi-reaksi yang lebih
memberdayakan ?
Ya, sekali
lagi diperlukan kebiasaan pendukung
sebelumnya, yaitu “Living at The Present”,
karena kebiasaan ini akan membuat kita
“lebih mudah melepas” doktrin dan induktif yang berasal dari masa silam !
Serta ….. kita harus selalu menerapkan sikap
hidup “aware” terlebih dahulu ….. sehingga kita benar-benar “ngeh” terhadap
setiap “gerakan” kita di tingkat bathin maupun fisik !
***
Bahkan …. rasa
marah …. sedih …. kecewa … seringkali hanyalah merupakan reaksi spontan … dan
merupakan “sub-routine call” yang telah tersimpan di harddisk kita sebagai
bagian dari pemrograman empiris dan induktif !
Ketika kita telah mulai “memberanikan” diri untuk
“mengelola jeda” …. maka seringkali sesuatu yang seharusnya “menyedihkan”
…. ternyata merupakan jembatan … atau “alasan logis” bagi alam semesta untuk
“menyesatkan” kita ke “jalan yang benar” !
Hari ini ….
sahabat saya ini benar-benar telah hidup dalam keberlimpahan ! Ia memiliki
usaha sendiri di bidang infrastruktur telekomunikasi dengan kontrak-kontrak
berskala besar dari beberapa provider nasional ! Dan yang menarik … ia
benar-benar mensyukuri bahwa ia dulu di-PHK dan tidak diberi pesangon ….! Karena inilah yang
menggerakkan dia ke arah saat ini …… arah yang sejak dulu diimpikannya !
***
Membiasakan “mengelola jeda” hal yang mudah !
Apalagi jika kita sudah sangat terbiasa dengan “reaksi empiris & induktif”
! tingkat “kompetensi” ….. dicapai dengan “teknik” ….! Disinilah NLP dan
Hypnosis mungkin dapat berperan untuk mempercepat proses ini !
“mengelola jeda” agar lebih baik dan semakin
baik ! Bahkan ini menjadi salah satu kegiatan hidup yang mengasyikkan …..
kegiatan yang semakin menyadarkan …. bahwa kita adalah mahluk yang sempurna … Itu
sudah “mindset” dan “lifestyle” !
***