Cari

Thursday, June 8, 2017

Modul_9-1_Mindset dan Lifestyle Living at Present (ringkasan artikel Pak Yan Nurindra)



Ringkasan Artikel Sebelumnya :
C.R.A.F.T. merupakan suatu teknik sederhana untuk mencapai kompetensi. Tetapi seperti halnya berbagai teknik Self-Programming lainnya, maka teknik-teknik yang ada tidak akan bekerja secara efektif jika kita tidak memahami dengan benar aspek-aspek dan filosofi dari apa yang akan kita “program”-kan. Oleh karena itu dalam menerapkan CRAFT untuk LoA, maka kita perlu mengkaji beberapa hal yang saya kelompokkan sebagai Pilar Ke-3, yaitu : Mindset & Lifestyle.
Salah satu Mindset & Lifestyle yang sangat penting dan dapat dikatakan merupakan dasar dari segalanya adalah “Awareness” yang mungkin dalam istilah bahasa Jawa sering juga disebut sebagai “Eling”. Secara sederhana “Awareness” adalah kesadaran untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, serta kesadaran untuk mengalami atau tidak mengalami sesuatu.
***
Mindset & Lifestyle : Living at Present
Secara umum kita memahami bahwa terdapat 3 wilayah waktu, yaitu : masa lalu, masa kini, dan ,masa datang. Deepak Choppra, salah satu guru spiritual moderen yang banyak memberikan pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran saya, menggambarkannya dengan kata-kata yang sangat romantis : The Past is History, The Future is Mistery ….!

“The Past is History” mungkin agak mudah kita pahami, yaitu bahwa masa silam adalah sekedar sebuah sejarah …. tidak akan pernah kembali … tidak akan pernah terulang …! Dan uniknya, walaupun kita telah memahaminya dengan baik, tetapi sangat sulit umumnya bagi kita untuk mengimplementasikannya, apalagi untuk menjadikannya sebagai “presupposition” yang harus kita “install”-kan ke diri kita dengan berbagai konsekwensi yang menyertainya ….!
“The Future is Mistery”, suatu kalimat yang mudah untuk diterjemahkan, akan tetapi sangat sulit dipahami filosofinya, apalagi untuk diimplementasikan. Nah, pemahaman terhadap pengertian bahwa “masa datang adalah misteri”, justru merupakan salah satu kunci dari LoA.
Dari pernyataan sekaligus fakta bahwa “The Past is History” dan “The Future is Mistery”, maka karunia sesungguhnya atau karunia yang benar-benar riel adalah “saat ini dan disini” ! Kehidupan yang sesungguhnya bukan di kemarin atau di besok, tetapi benar-benar ada di “saat ini dan disini” ! Kemampuan kita untuk menghayati hal ini merupakan kunci penting lainnya dari LoA.
***
Kemampuan merasakan “saat ini dan disini” atau “Living at Present” merupakan kemampuan yang akan membimbing kita untuk menghayati rasa syukur dari apa-apa yang telah kita “miliki”, dan juga merupakan kemampuan yang akan memandu kita untuk membaca tanda-tanda alam semesta terkait dengan berbagai empowerment yang telah kita “lontar”-kan ke alam semesta ! Living at Present akan membuat kita menjadi “waskita” untuk menyaksikan rentetan kejadian yang selalu berada dalam skenario penciptaan kita (sadar atau tidak sadar) !
***
Mari kita sekedar melakukan evaluasi ……. seberapa sering kita berada di “saat ini di sini” ? Atau sebaliknya, seberapa sering kita justru berada di “masa lalu” atau justru di “masa datang” !
Sebagai ilustrasi, misalkan saya bersantai di sebuah kedai kopi, untuk sekedar menikmati “Double Expresso” ……! Lalu kemungkinan saya akan menikmati kopi tersebut sambil :
Pertama : Memikirkan masa depan saya yang tidak jelas, memikirkan bahwa saya belum memiliki simpanan yang cukup untuk bekal menyekolahkan anak saya di perguruan tinggi terbaik pada 6 tahun mendatang ! Atau mungkin dengan sedikit kreativitas, maka saya dengan mudah membayangkan bahwa 15 tahun lagi saya mungkin sudah tidak dapat lagi bekerja, dan tentu saja saya tidak memiliki pensiun, karena bahkan pekerjaan saya hari inipun jauh dari jelas ?
Kedua : Saya membayangkan, jika saja pada tahun 1996 atau tahun 2002 saya tidak melakukan kebodohan dalam bisnis, tentu kehidupan saya sudah sangat mendekati mimpi-mimpi di masa muda saya ? Atau lebih jauh lagi, saya berandai-andai jika dulu saya tidak berhenti bekerja dari perusahaan “X”, maka mungkin hari ini saya sudah menjadi CEO dengan berbagai fasilitas dan gaya hidup papan atas ?
He … he … yang manapun yang saya pilih …. sudah pasti “Double Expresso” yang seharusnya nikmat itu menjadi terkontaminasi dengan emosi negatif saya ……!
Kenapa saya tidak dapat menikmati “Double Expresso” tersebut dengan kesadaran “saat ini dan disini”, serta kesadaran bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk bernafas, diberikan sedikit uang untuk membeli “Double Expresso” tersebut ? Atau jika lebih kreatif lagi saya mungkin dapat menikmati bahwa saat ini saya adalah orang yang “bebas & merdeka” ala pak Marhaen ! Saya masih diberikan kesehatan yang sangat baik ? Saya memiliki keluarga yang lengkap, sepasang anak yang normal dan pintar ? Dan masih ribuan karunia luar biasa lainnya ??!
Kenapa saya justru memikirkan “masa datang” yang tidak pernah ada ?! Ya benar-benar tidak pernah ada ! Dia benar-benar hanya merupakan karya dari pikiran saya saat ini ! Bahkan faktanya saya tidak akan pernah benar-benar “mengetahui” apakah besok saya masih hidup ? Apakah lusa saya masih dapat bernafas ? Se-ekstrim apapun bayangan masa depan …. benar-benar hanyalah karya dari mahluk yang dinamakan “pikiran” ! Masa depan tidak pernah benar-benar ada, sampai dengan kita berada di sana !
Atau saya justru memikirkan “masa silam” yang benar-benar tidak akan pernah kembali bagaimanapun kita mengupayakannya ?








Ringkasan Artikel Sebelumnya :
Living at The Present atau kemampuan untuk merasakan dan memahami bahwa kehidupan riel sesungguhnya ada di saat ini dan disini merupakan salah satu dari “Life Style & Mindset” yang diperlukan dalam “LoA”.
Living at The Present merupakan salah satu gerbang untuk memasuki rasa syukur, dimana kemampuan untuk selalu bersyukur pada setiap saat akan “menarik” rasa syukur yang lebih besar, dan rasa syukur yang lebih besar seringkali dikarenakan oleh karunia yang lebih besar pula.
***
“Living at The Present” atau sikap hidup “kekinian” merupakan sikap hidup yang susah-susah gampang untuk dipahami, apalagi untuk diimplementasikan. Pemahaman yang salah mengenai “kekinian” tidak mustahil akan membuat kita terjebak ke dalam pola hidup “pasrah” atau bahkan “apatis”. Toh masa depan belum benar-benar ada ! Bukankah “The Future is Mistery” ? Dan … bukankan keajaiban dapat membalikkan kehidupan kita ?
Salah satu jebakan pengetahuan adalah ketika sesuatu yang tadinya “holistik” tiba-tiba berubah menjadi “sebagian” ! Dimana hal ini merupakan suatu realita yang sangat-sangat NLP, yaitu ketika suatu “territory” dirubah menjadi suatu “map”, dan “map” tersebut kali ini kebetulan saja bernama “pengetahuan” !
Konsep “Living at The Present” sangat berbahaya jika dipahami secara “sebagian” dan “berdiri sendiri”. Karena konsep ini akan diimplementasikan ke dalam hidup yang sangat “holistik” ! Holistik artinya menyeluruh sekaligus super-kompleks !
Saya sangat percaya bahwa tidak saja konsep “Living at The Present” yang harus dipahami sebagai suatu komponen dalam suatu bangunan “holistik”, akan tetapi demikian juga dengan berbagai pengetahuan-pengetahuan lainnya. Termasuk misalnya pengetahuan NLP, Hypnosis, Neuro Association Conditioning, dll. ! Pengetahuan-pengetahuan ini benar-benar hanya berbicara secara “subyektif” di domainnya masing-masing. Dan ini merupakan salah satu ciri dan resiko dari mahluk yang bernama “pengetahuan” !
Sebaliknya jika kita cukup bijak, maka setiap pengetahuan, setiap pengalaman, setiap penalaran, justru akan menjadi pilar-pilar yang akan memperkuat daya dan pemahaman kita terhadap kehidupan !
***
Dari sudut pandang lain, sering dikatakan bahwa kehidupan adalah suatu “streaming”, yaitu kontinuitas antara Past, Present, dan Future.
Tetapi dari dari salah satu “Map” lainnya yang benama “Meditasi” dikatakan bahwa pada kondisi “Samadhi” bahkan tidak ada lagi yang dinamakan dengan “Past”, “Present”, atau “Future”, karena dimensi waktu tidak lagi “dikenal” di wilayah ini. Fenomena “Déjà Vu” merupakan salah satu fenomena yang sangat akrab di hampir semua kita, yaitu ketika secara “tidak sengaja” kita melintas ke “The Future” !
Nah malahan bertambah bingung kan ? Kok “LoA” tetapi malahan melintas kemana-mana ?
Ya, memang saya ingin membuat kita semua bingung, karena dengan bingung mungkin kita akan lebih mudah memasuki pemahaman bahwa “LoA”, “Living at The Present” dan masih banyak lainnya yang akan menyusul, merupakan konsep-konsep yang membutuhkan perenungan sangat dalam untuk mengenali ke-“holistik”-kannya ! Ingat tujuan akhir kita adalah menjadi “berdaya” dan bukannya “frustasi” oleh berbagai teori dan pengetahuan (baca “Map”) !
***
Secara praktis, jika kehidupan adalah kontinuitas antara “Present”, “Past”, dan “Future”, maka “Present” pasti dibentuk oleh “Past” dan “Future” dibentuk oleh “Present” !
Sebagai suatu “hasil” maka kita tidak dapat berbuat apapun juga pada detik ini (Present) , selain menerima segala sesuatu yang merupakan buah dari kegiatan dan pemikiran kita di masa lalu (Past).
Tetapi, sebagai suatu kesempatan untuk ” bereaksi” maka detik ini (Present) kita selalu dapat memilih untuk berpikir atau bertindak dalam 1001 macam cara ! Dan yang menarik, ternyata bahwa dari pilihan berpikir dan bertindak kita inilah yang akan membentuk “streaming” antara “Present” dan “Future” ! Atau dengan kata lain, “reaksi” setiap detik dalam hidup kita inilah yang akan membentuk “berbagai penerimaan” kita di masa datang ! Hal yang mungkin sangat penting untuk digaris-bawahi …. bahwa “reaksi” ini benar-benar merupakan suatu pilihan, terlepas kita menyadari atau tidak menyadari ! Bahkan ketika kita tidak memilih, maka sesungguhnya kita telah melakukan “pemilihan” yaitu menyerahkannya kepada “reaksi” natural kita sebagai mahluk habitual !
***
Nah, mungkin sudah menjadi lebih sederhana, karena fokusnya adalah seberapa cerdas “reaksi” kita dalam merespons setiap “stimulus” yang terjadi dalam detik-per-detik kehidupan kita ?
Gaya hidup “LoA” salah satunya bertujuan untuk memicu kecerdasan “reaksi” ini, sehingga kita dapat membentuk “streaming” yang akan menghantarkan kita ke berbagai impian-impian besar di masa datang !
Deepak Choppra mengatakan : “Tidak penting lagi dengan Karma yang kita dapatkan pada hari ini, karena ia merupakan buah dari hal-hal yang kita tanam di masa lalu, tetapi yang lebih penting adalah seberapa cerdas kita menyikapi Karma ini dalam bentuk perbuatan yang akan membuahkan Karma berikutnya di masa datang !” Catatan : Deepak Choppra menterjemahkan Karma sebagai bagian dari hukum sebab akibat yang berlaku di alam semesta ini.
***
Nah akhirnya prinsip “Living at The Present” adalah suatu metodologi agar kita dapat melahirkan “reaksi-reaksi” yang cerdas dan uptodate !
Sebagai suatu analogi ! Pemain catur adalah contoh terbaik dari mereka yang benar-benar menghayati “kekinian” alias prinsip “Living at The Present” !
Ketika kita melangkahkan bidak catur, maka biasanya kita akan menyusun strategi untuk 3-4 langkah berikutnya, tentu saja dengan catatan “seandainya” lawan melangkah sesuai dengan perkiraan kita !
Nah, ketika lawan benar-benar melangkah sesuai dengan perkiraan kita, maka langkah yang telah kita rencanakan benar-benar relevan untuk dijalankan !
Tetapi apa yang terjadi jika lawan ternyata melangkah ke sisi yang berbeda dengan pikiran kita ? Ya, tentu saja kita harus merevisi segalanya, berpikir ulang, dan melangkah sesuai dengan kondisi terakhir (uptodate), dan tentu saja setelah membalas langkah, kita boleh kembali menyusun rencana 3-4 langkah berikutnya !
Luar biasa ! Ini adalah gabungan dari planning setiap saat, evaluasi setiap saat, dan re-planning setiap saat ! Benar-benar suatu kekinian yang benar-benar uptodate !
Artinya, “Living at The Present” bukanlah hidup tanpa planning, tetapi justru hidup dengan planning yang selalu uptodate !
***
Suatu kisah nyata ….
Suatu hari dalam kehidupan saya, saya berkeinginan untuk menjadi berkelimpahan secara materi (suatu keinginan wajar bagi kebanyakan orang), dan sebagai seseorang yang rasional dan berpengetahuan, saya transformasikan dengan suatu rencana untuk membuat suatu bisnis di bidang “X” ! Kenapa ? Karena saya “merasa” kompeten di bidang ini, dan saya juga masih aktif sebagai seorang eksekutif di perusahaan nasional yang bergerak di bidang yang sama !
Dalam perjalanannya, ternyata pengalaman saya sebagai seorang eksekutif tidak banyak membantu ketika saya memasuki wilayah enterpreneur ! Begitu banyak kesulitan yang saya temui, bahkan sedemikian nyatanya kesulitan itu ! Tetapi apakah saya terhenti ? Tidak ! Saya justru tertantang, karena saya “merasa” memiliki pengalaman di bisnis ini ! Di sisi lain, sebenarnya banyak peluang-peluang di bisnis lain yang “dibukakan” bagi saya, tetapi anehnya saya tetap bersikukuh untuk “tidak mau kalah” dengan bisnis “X” ini !
Akhirnya saya terhenti ! Benar-benar terhenti, dan saya justru kehilangan banyak hal ketika saya terhenti !
Nah, yang menarik …… faktanya saya “bertempur” bukan dengan bisnis itu sendiri, akan tetapi justru dengan “ego” saya yang merasa “berpengalaman” dan “mampu” ! Dan lebih menarik lagi, saya benar-benar tidak dapat membaca tanda-tanda alam semesta yang telah membukan “pintu keberlimpahan” yang sesungguhnya ..! Benar-benar tidak terlihat, karena saya asyik “bertempur” dengan “ego” saya sendiri !
***
Tentu saja kisah di atas tidak dimaksudkan untuk memperlemah siapapun juga yang tengah “berjuang” dalam menggapai impian !
“Living at The Present” justru akan membuat kita mampu “bereaksi” dengan sangat bijak ….. kapan kita harus terus berjuang …. kapan kita harus berhenti ….. bahkan kita dapat memasuki kesadaran yang lebih dini manakala perjuangan kita mulai bergeser ke arah yang benar-benar salah !!
***
“Living at The Present” akan membuat kita lebih “peka” untuk merasakan tanda-tanda alam semesta yang tengah mewujudkan impian-impian yang telah kita lontarkan !
Bahkan salah satu agama besar …. diturunkan dengan diawali oleh suatu kata yang indah …. yaitu ….. “Bacalah ……….!” yang lebih bijak jika kita maknai secara lebih luas sebagai suatu ajakan untuk selalu “membaca” tanda-tanda dari alam semesta !

Ringkasan Artikel Sebelumnya :
Prinsip “Living at The Present” dimaksudkan untuk melahirkan reaksi-reaksi cerdas yang dapat membimbing kita untuk “menemukan” atau “merasakan” sinyal-sinyal dari alam semesta yang akan “menarik” kita menuju hal-hal yang kita ingin capai.
Prinsip “Living at The Present” yang dipahami secara benar tidak akan menjerumuskan kita ke sikap hidup “pasrah” dan “apatis”, sebaliknya “Living at The Present” akan membimbing kita untuk selalu merevisi setiap planning kita agar selalu uptodate.
***
Untuk melengkapi prinsip “Awareness” dan “Living at The Present” maka berikut ini saya akan menyoroti salah satu aspek yang berkaitan dengan aktivitas bathin dan fisik yang nyaris selalu bersama dengan kita di sepanjang hidup kita !
Mindset & Lifestyle : “Stimulus vs Response”
Apakah “Stimulus” ? Stimulus adalah rangsangan dari dunia luar, dalam hal ini adalah “segala sesuatu” yang kita terima dari dunia luar … ya apapun yang kita terima dari dunia luar … menyenangkan atau tidak menyenangkan …. menggembirakan atau menyedihkan …. ya .. semuanya !
Apakah “Response” ? Response adalah reaksi yang kita munculkan setelah menerima stimulus yang kita terima ! Response ini dapat saja berupa reaksi secara sadar, serta reaksi spontan alias reaksi tanpa disadari ….! Response ini dapat berupa aktivitas fisik … aktivitas bathin … atau gabungan keduanya !
Lalu kenapa kita harus repot-repot untuk mempermasalahkan keberadaan “Stimulus vs Response” ini ? Toh mereka sudah menjadi bagian alamiah kita ?
Ya harus ! Karena untuk membaca “keajaiban semesta” yang merupakan konsep utama yang ditawarkan “LoA”, kita benar-benar harus belajar “membaca” ! Dan penyikapan yang benar atas fenomena Stimulus vs Response ini akan mempermudah kita dalam “membaca keajaiban alam semesta” !
Mas Ronny FR pernah mengatakan kepada saya … bahwa “LoA” ini sudah bekerja … atau dari “sono”-nya sudah merupakan bagian dari gejala alam ! Kita hanya perlu “membuka diri” saja …. dan kita akan dapat “menikmati” keajaibannya !
Nah ini pernyataan yang sangat menarik …. jika kita anggap bahwa istilah “membuka diri” adalah suatu konsep yang baik dan memberdayakan … maka berikutnya kita harus men-transformasikan konsep ini agar dapat di-implementasikan dalam kehidupan sehari-hari !
Jadi …. pembahasan mengenai “Stimulus vs Response” merupakan bentuk transformasi dari konsep “membuka diri” agar dapat “membaca” dan “menerima” keajaiban alam semesta !
Bahkan seorang Stepphen Covey perlu meletakkan penyikapan terhadap “Stimulus vs Response” ini di bagian-bagian awal dari bukunya yang sangat terkenal : “7 Habit” !
***
Kenapa Response atau reaksi kita pada umumnya seperti itu ? Apakah kita tidak memiliki pilihan untuk bereaksi yang berbeda ?
Nah sampai disini … kita harus membahas terlebih dahulu pandangan kita sebagai manusia terhadap mahluk yang bernama manusia !
Apakah kita memandang manusia sebagai mahluk yang bereaksi atas dasar pattern utama yang telah terekam sebelumnya ? Terlepas dari pattern tersebut berasal dari kejadian, pengetahuan, pemahaman yang benar atau salah ?
… bahwa banyak reaksi dalam kehidupan sehari-hari (nyaris semuanya) …. sebenarnya hanya merupakan “sub-routine call” yang terdapat dalam harddisk kita masing-masing !
Lha jika hampir semua reaksi merupakan “sub-routine” ……, maka dari manakah keajaiban semesta berkesempatan memasuki diri kita ? Maksudnya bagaimana keajaiban semesta dapat kita sadari keberadaannya ?
***
Diantara “Stimulus” dan “Response” sesungguhnya ada “jeda” ! Dan “jeda” inilah yang konon merupakan salah satu pembeda antara manusia sebagai mahluk dengan kesempurnaan tertinggi … dengan mahluk lainnya !
Seni “memainkan jeda” inilah yang merupakan salah satu rahasia utama dari “LoA” ! Kemampuan kita untuk mengelola “jeda” akan melahirkan reaksi-reaksi yang dapat merubah kehidupan kita secara ekstrim …. baik menjadi hal baik … atau sebaliknya menjadi hal yang jelek …..!
***
Diantara “Stimulus” dan “Response” terdapat “jeda” ! Dan … di dalam “jeda” terdapat berbagai pilihan bebas ….. bahkan pilihan baru yang benar-benar berada di luar “kekayaan pengalaman empiris” dan “kekayaan penalaran induktif” kita !
Lalu bagaimana agar kita dapat mengelola “jeda” dengan baik ? Sehingga melahirkan reaksi-reaksi yang lebih memberdayakan ?
Ya, sekali lagi diperlukan kebiasaan pendukung sebelumnya, yaitu “Living at The Present”, karena kebiasaan ini akan membuat kita “lebih mudah melepas” doktrin dan induktif yang berasal dari masa silam ! Serta ….. kita harus selalu menerapkan sikap hidup “aware” terlebih dahulu ….. sehingga kita benar-benar “ngeh” terhadap setiap “gerakan” kita di tingkat bathin maupun fisik !
***
Bahkan …. rasa marah …. sedih …. kecewa … seringkali hanyalah merupakan reaksi spontan … dan merupakan “sub-routine call” yang telah tersimpan di harddisk kita sebagai bagian dari pemrograman empiris dan induktif !
Ketika kita telah mulai “memberanikan” diri untuk “mengelola jeda” …. maka seringkali sesuatu yang seharusnya “menyedihkan” …. ternyata merupakan jembatan … atau “alasan logis” bagi alam semesta untuk “menyesatkan” kita ke “jalan yang benar” !

Hari ini …. sahabat saya ini benar-benar telah hidup dalam keberlimpahan ! Ia memiliki usaha sendiri di bidang infrastruktur telekomunikasi dengan kontrak-kontrak berskala besar dari beberapa provider nasional ! Dan yang menarik … ia benar-benar mensyukuri bahwa ia dulu di-PHK dan tidak diberi pesangon ….! Karena inilah yang menggerakkan dia ke arah saat ini …… arah yang sejak dulu diimpikannya !
***
Membiasakan “mengelola jeda” hal yang mudah ! Apalagi jika kita sudah sangat terbiasa dengan “reaksi empiris & induktif” ! tingkat “kompetensi” ….. dicapai dengan “teknik” ….! Disinilah NLP dan Hypnosis mungkin dapat berperan untuk mempercepat proses ini !
 “mengelola jeda” agar lebih baik dan semakin baik ! Bahkan ini menjadi salah satu kegiatan hidup yang mengasyikkan ….. kegiatan yang semakin menyadarkan …. bahwa kita adalah mahluk yang sempurna … Itu sudah “mindset” dan “lifestyle” !
***